Kejuaraan bulu tangkis dunia Thomas & Uber cup 2008 akhirnya dimulai juga, Indonesia sebagai tuan rumah sangat antusias menyambut kejuaraan beregu bergengsi ini termasuk juga para masyarakat sangat senang menyambutnya baik kapasitasnya sebagai fans, penonton biasa, partisipan atau sebagai pencari hiburan “murah” namun berkualitas. Saya bilang murah karena harga tiket untuk babak penyisihannya cuma Rp. 20.000,- sementara nontonnya sampai puas, 1 tiket berlaku seharian untuk semua pertandingan mulai dari jam 8 pagi sampai malam. Jadi semua partai bisa ditonton hanya dengan 1 tiket. Walaupun murah tetapi tidak murahan bahkan berkualitas karena olahraga ini benar-benar menghibur dengan tontonan menarik dari alet-atlet profesional dibidangnya.
Seakan tidak mau kalah dengan antusiasme masyarakat saya juga dengan semangatnya ikut meramaikan suasana ini dengan menonton langsung di Istora Senayan. Tibalah saatnya pada hari minggu kemarin saya mendarat di Senayan he he he emang pesawat bisa mendarat. Ketika memasuki pintu gerbang Senayan maka saya disambut dengan ramah tentunya bukan panitia atau pejabat terkait yang memberi penyambutan ini, ya disambut oleh calo yang mencoba meraup untung.
Karena di pintu masuk sudah disambut dengan ramah oleh calo saya jadi curiga dan was-was jangan-jangan tiketnya sudah habis terjual dan tidak bakal dapat lagi, dan memang terjawab sudah ketika saya mendekati loket penjualan tiketnya ternyata masih tutup.
Ketika jam 1 siang tim Uber Indonesia sudah mulai berjuang melawan Jepang, calon penonton masih berjuang mengantri di depan loket penjulalan tiket. Yang anehnya walaupun loketnya belum dibuka, tidak ada pemberitahuan secara resmi dari panitia apakah loketnya akan dibuka jam berapa atau memang sudah tidak dibuka lagi karena tiketnya sudah habis. Ratusan calon penontonpun hanya rela antri dan menununggu kapan loketnya dibuka.
Sekitar jam 2.30 sore tiba-tiba calon penonton yang sedang antri pada lari, ada apa gerangan? ternyata sekitar puluhan penonton menerobos pintu masuk yang sepertinya sudah longgar penjagaannya dan mereka berhasil masuk ke stadion. Melihat kejadian ini aparat terkait baru sigap dan menutup pintu gerbang, penonton lalu antri lagi menunggu pembukaan loket.
Setelah saya bosan menunggu di loket lalu saya pengen masuk di sekitar lokasi stadion, tetapi pintu masuk komplek stadion sudah dijaga ketat, disini puluhan calon penonton masih pada berdiri. Lalu saya cari akal dengan berbelok ke arah kiri dengan tujuan mau masuk ke areal stadion, di pintu masuk yang lainnya ternyata tidak dijaga dan calon penonton bisa dengan leluasa masuk ke komplek stadion, wah ternyata penjagaannya kacau juga. Di areal komplek stadion inilah puluhan bahkan ratusan calon penonton berteriak-teriak agar panitia membuka loket penjualan bahkan mereka meminta kalau tiketnya tidak dijual mereka bersedia membayar langsung di pintu masuk. Pokoknya kami mau nonton dan mau bayar, kami masuk tidak gratis kok tetapi kenapa kami tidak diperbolehkan masuk? kenapa tiketnya tidak dijual juga? teriak para penonton.
Karena suasana sudah semakin tidak terkendali, lalu beberapa petugas kepolisian sepertinya bernegosiasi dengan pihak panitia agar loket tiketnya dibuka. Tidak lama kemudian, polisi datang menghampiri calon penonton untuk memberitahukan dan memastikan loket tiket dibuka. Sekitar jam 4 loket baru dibuka, penonton langsung menyerbu untuk membeli tiket. Saya sendiri termasuk kelompok pertama yang mendapatkan tiket. Ya begitulah Indonesia: beli BBM antri, beli beras antri, bayar pajak antri, beli tiket juga antri komentar sebagian calon penonton. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar